Cara SpaceX Menghemat Biaya ke Orbit Menggunakan Roket Reusable

20 Juni, 2025 - Ajisaka Kamandanu

Cara SpaceX Menghemat Biaya ke Orbit Menggunakan Roket Reusable

Sejak era perlombaan antariksa dimulai, perjalanan ke orbit Bumi selalu identik dengan biaya yang luar biasa mahal.

Setiap misi merupakan pertaruhan finansial raksasa, di mana industri luar angkasa membuang komponen roket senilai ratusan juta dolar ke lautan setelah hanya beberapa menit pemakaian.

Bayangkan kamu membeli sebuah pesawat Boeing 747, menggunakannya untuk satu penerbangan dari Jakarta ke London, lalu membuangnya ke Samudra Atlantik.

Analogi inilah yang paling tepat menggambarkan model industri antariksa selama lebih dari setengah abad.

Namun, sebuah perusahaan swasta dari California, SpaceX, mengubah segalanya.

Elon Musk memimpin perusahaan ini dengan visi radikal yaitu menjadikan umat manusia sebagai spesies multi-planet.

Untuk mewujudkan visi ambisius ini, mereka harus memecahkan masalah fundamental biaya peluncuran.

SpaceX menemukan jawabannya pada sebuah konsep yang terdengar sederhana namun sangat sulit dieksekusi yaitu roket yang dapat digunakan kembali (reusable rockets).

SpaceX tidak hanya berhasil mengubah konsep ini dari fiksi ilmiah menjadi kenyataan, tetapi juga secara fundamental mengubah paradigma ekonomi dan teknologi dalam akses ke luar angkasa.

Dalam artikel kali ini kita akan mengupas tuntas cara kerja teknologi roket reusable, dampaknya terhadap penghematan biaya, dan alasan pendekatan ini menjadi terobosan paling penting dalam industri antariksa modern.

Penjelasan Tentang Roket Reusable

Lalu, bagaimana sebenarnya teknologi yang mengubah segalanya ini bekerja?

Mari kita selami lebih dalam untuk memahami konsep dan proses di baliknya.

Apa itu Roket Reusable?

Untuk memahaminya, kita mulai dari definisi dasarnya terlebih dahulu.

Secara sederhana, roket reusable adalah sistem peluncuran di mana para insinyur merancang sebagian atau seluruh komponennya untuk kembali ke Bumi dengan selamat setelah misi.

Setelah itu, tim darat memeriksa, memperbaharui, dan menerbangkannya kembali.

Konsep ini berkebalikan dengan roket tradisional atau “expendable” (sekali pakai), yang setiap bagiannya akan hancur saat jatuh kembali ke atmosfer atau tenggelam di lautan.

SpaceX memfokuskan program reusabilitasnya pada tahap pertama roket (first stage booster).

Mengapa?

Karena bagian inilah yang paling mahal dan kompleks.

Tahap pertama merupakan badan roket raksasa yang menampung mesin-mesin utama yaitu tangki bahan bakar terbesar, dan sistem aviasi yang rumit.

Komponen ini menyumbang sekitar 60% dari total biaya sebuah roket.

Dengan menyelamatkannya, SpaceX secara efektif menyelamatkan bagian paling berharga dari kendaraan peluncurnya.

Cara Kerja Roket Reusable?

Secara konsep mungkin terdengar mudah, namun eksekusinya adalah sebuah tarian teknologi yang sangat presisi.

Proses pendaratan vertikal sebuah roket reusable adalah simfoni rekayasa yang terkalkulasi dengan sempurna, di mana fisika dan komputasi bekerja bersama untuk menantang gravitasi.

Berikut adalah rincian dari setiap tahapan kunci yang terjadi hanya dalam beberapa menit.

1. Pemisahan Tahap (Stage Separation)

Kira-kira dua setengah menit setelah meluncur, saat roket telah menembus bagian terpadat atmosfer, tahap pertama telah menyelesaikan tugas utamanya yaitu mendorong roket ke ketinggian dengan kecepatan ekstrem.

Pada momen ini, serangkaian baut pendorong akan meledak untuk memisahkan tahap pertama dari tahap kedua.

Tahap kedua, yang membawa satelit, akan menyalakan mesin vakumnya sendiri dan melanjutkan perjalanannya ke orbit.

Sementara itu, tahap pertama yang kini bebas, memulai perjalanannya yang dramatis untuk kembali menuju ke Bumi.

2. Manuver Balik (Flip Maneuver)

Setelah terpisah, booster tahap pertama masih bergerak ke atas dengan kecepatan ribuan kilometer per jam.

Komputer penerbangan segera memerintahkan pendorong gas nitrogen dingin yang terletak di bagian atas roket untuk menyala.

Semburan gas ini memutar booster raksasa tersebut 180 derajat.

Manuver ini penting untuk mengarahkan bagian mesin ke depan, searah dengan jalur penerbangan, mempersiapkannya untuk manuver pengereman pertama.

3. Pembakaran Balik (Boostback Burn)

Tergantung pada misi, roket perlu membatalkan sebagian besar kecepatan maju yang dimilikinya agar tidak jatuh terlalu jauh di lautan.

Untuk itu, beberapa dari sembilan mesin Merlin akan menyala kembali dalam sebuah manuver yang disebut “boostback burn”.

Pembakaran singkat ini berfungsi sebagai rem raksasa di angkasa, yang secara drastis mengurangi kecepatan horizontal booster dan mengarahkannya pada lintasan balistik yang tepat menuju zona pendaratan, entah itu di darat atau di atas kapal drone di tengah laut.

4. Pembakaran Masuk Kembali (Re-entry Burn)

Saat jatuh kembali menuju Bumi, booster memasuki atmosfer dengan kecepatan hipersonik.

Gesekan dengan molekul udara menciptakan panas yang luar biasa, cukup untuk melelehkan baja.

Untuk bertahan dari fase neraka ini, tiga mesin Merlin kembali menyala.

Pembakaran “re-entry” ini menciptakan dua efek, pertama, ia memperlambat laju jatuh roket secara signifikan.

Kedua, dan yang paling penting, ia menciptakan perisai dari gas buang panas yang mendorong gelombang kejut plasma menjauh dari badan roket, melindunginya dari suhu yang merusak.

5. Pengendalian Aerodinamis dengan Grid Fins

Setelah melewati fase panas, roket masih jatuh dengan sangat cepat.

Untuk mengemudi di tengah atmosfer, SpaceX menggunakan empat sirip kisi-kisi (grid fins) berbahan titanium.

Sirip-sirip ini, yang bekerja seperti kemudi kecil, dapat bergerak secara independen dan melakukan penyesuaian kecil ribuan kali per detik.

Dengan data dari GPS dan sensor internal, komputer penerbangan menggunakan sirip ini untuk secara aktif “mengemudikan” roket yang jatuh, memastikan roket tetap stabil dan mengarah tepat ke tengah target pendaratan.

6. Pembakaran Pendaratan (Landing Burn)

Ini adalah manuver terakhir dan paling menegangkan.

Beberapa detik sebelum menyentuh tanah, mesin Merlin pusat menyala untuk ketiga kalinya.

“Landing burn” ini adalah rem terakhir, yang dirancang untuk melawan gravitasi secara presisi.

Ia harus cukup kuat untuk memperlambat kecepatan jatuh roket dari ratusan kilometer per jam menjadi hampir nol tepat saat menyentuh target.

Saat roket melambat, empat kaki pendaratan akan terbuka, dan booster seukuran gedung 14 lantai itu pun mendarat dengan lembut dan tegak, siap untuk diperbaharui dan terbang kembali.

SpaceX melakukan pendaratan ini di dua lokasi.

Yaitu Landing Zone 1 di Cape Canaveral untuk misi-misi dengan energi lebih rendah, atau di atas kapal drone otonom (autonomous spaceport drone ships) yang mereka tempatkan di lautan untuk misi yang membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk mencapai orbit.

Efisiensi dan Penghematan Biaya Roket Reusable

Inovasi teknologi ini tentu memiliki dampak paling signifikan pada sisi ekonomi.

Mari kita lihat angka-angka yang membuktikan betapa revolusionernya pendekatan ini.

Perbandingan Biaya Roket Tradisional vs Roket Reusable

Untuk melihat betapa besarnya penghematan, penting untuk membandingkan langsung antara model lama dan baru.

Perbedaannya sangatlah mencolok.

  • Roket Tradisional: Biaya peluncuran sebuah roket sekali pakai dapat berkisar antara $150 juta hingga lebih dari $400 juta per misi, tergantung pada kapasitasnya.
  • SpaceX Falcon 9: SpaceX mengiklankan biaya untuk satu peluncuran Falcon 9 sekitar $67 juta.

Harga ini sudah jauh di bawah para pesaingnya.

Namun, mereka memperoleh keuntungan sebenarnya saat menggunakan booster yang sudah pernah terbang (flight-proven) sebelumnya.

Untuk itu kita perlu memahami komponen biaya terpenting dari pembuatan sebuah roket terlebih dahulu.

Sebenarnya biaya bahan bakar roket itu sangat murah.

Untuk roket Falcon 9 saja, biaya propelan (oksigen cair dan minyak tanah kelas roket) hanya sekitar $200.000 hingga $300.000.

Angka ini kurang dari 0.

5% dari total biaya peluncuran.

Lalu bagian termahal dalam pembuatan sebuah roket ada pada perangkat kerasnya.

Dengan menggunakan kembali perangkat keras senilai puluhan juta dolar, SpaceX bisa menggeser biaya utama per peluncuran dari produksi menjadi operasional (logistik, perbaikan, dan bahan bakar).

Estimasi Penghematan Biaya per Peluncuran

Lalu, seberapa besar efisiensi yang didapat dari setiap peluncuran ulang?

Meskipun SpaceX tidak merilis angka pastinya, para analis memperkirakan bahwa penggunaan kembali tahap pertama dapat menghemat antara 30% hingga 40% dari total biaya peluncuran.

Ini berarti, untuk misi internal seperti peluncuran satelit Starlink, biaya efektifnya bisa turun drastis di bawah $30 juta per peluncuran.

Penghematan ini memungkinkan SpaceX mendanai proyek-proyek ambisius lainnya seperti Starship.

Seberapa Sering Roket Reusable Bisa Terbang Kembali?

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah soal daya tahan.

Awalnya, SpaceX menargetkan untuk menggunakan kembali setiap booster hingga 10 kali.

Namun, seiring dengan peningkatan teknologi dan pemahaman material, mereka terus mendobrak batasan ini.

Pada tahun 2024, beberapa booster Falcon 9 telah berhasil terbang lebih dari 20 kali.

Tujuannya adalah untuk mencapai reusabilitas seperti pesawat terbang, di mana tim hanya perlu melakukan pemeriksaan dan pengisian bahan bakar cepat sebelum penerbangan berikutnya.

Dampak Penggunaan Teknologi Roket Reusable

Penghematan biaya yang masif ini tidak hanya menguntungkan SpaceX, tetapi juga memicu gelombang perubahan yang membuka akses ke luar angkasa bagi lebih banyak pihak.

1. Menurunkan Hambatan Finansial

Dengan biaya peluncuran yang jauh lebih terjangkau, negara-negara adidaya dan perusahaan telekomunikasi raksasa tidak lagi memonopoli akses ke luar angkasa.

Universitas, startup, dan negara-negara berkembang kini dapat meluncurkan satelit mereka sendiri untuk penelitian, observasi Bumi, atau layanan komunikasi.

2. Membuka Peluang Pasar Baru

Penurunan biaya ini juga melahirkan ceruk pasar yang sebelumnya tidak mungkin ada.

Berikut adalah beberapa contohnya.

Megakonstelasi Satelit

Proyek ambisius seperti Starlink milik SpaceX, yang bertujuan menyediakan internet berkecepatan tinggi ke seluruh dunia, secara finansial mustahil terwujud tanpa roket reusable. Proyek ini membutuhkan peluncuran ribuan satelit ke orbit rendah Bumi untuk menciptakan jangkauan global. Dengan roket sekali pakai, biaya untuk menempatkan ribuan satelit ini akan mencapai ratusan miliar dolar, membuat model bisnisnya tidak berkelanjutan. Kemampuan SpaceX untuk meluncurkan puluhan satelit sekaligus secara rutin dengan booster yang sama adalah kunci utama yang membuat proyek ini menjadi kenyataan.

Wisata Luar Angkasa

Roket reusable telah mengubah wisata luar angkasa dari impian menjadi industri yang berkembang. Perusahaan seperti Axiom Space kini dapat membeli kursi di kapsul Dragon Crew milik SpaceX, yang diluncurkan oleh roket Falcon 9. Mereka menerbangkan individu pribadi, peneliti, dan mantan astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) untuk misi komersial. Biaya yang lebih rendah membuka pintu bagi lebih banyak orang untuk merasakan pengalaman berada di orbit, yang sebelumnya hanya bisa diakses oleh astronot yang didanai pemerintah.

Misi Sains dan Komersial Kecil (Rideshare)

Di masa lalu, jika sebuah universitas atau startup ingin meluncurkan satelit kecil (cubesat), mereka harus menunggu kesempatan langka atau membayar biaya selangit untuk misi khusus. Kini, melalui program rideshare atau “tumpangan”, SpaceX menawarkan slot kosong di roket Falcon 9 mereka. Ini mirip seperti berbagi tumpangan mobil. Beberapa satelit kecil dari pelanggan yang berbeda dapat “menumpang” bersama dalam satu misi peluncuran. Hal ini secara drastis mengurangi biaya per satelit, memungkinkan institusi dengan anggaran terbatas untuk melakukan penelitian inovatif di luar angkasa.

3. Mendorong Kompetisi dan Inovasi

Keberhasilan SpaceX memaksa para pemain lama seperti United Launch Alliance (ULA), Arianespace (Eropa), dan Roscosmos (Rusia) untuk mempercepat program pengembangan roket reusable mereka sendiri.

Persaingan ini memacu inovasi dan pada akhirnya akan semakin menekan biaya akses ke luar angkasa bagi semua orang.

Teknologi di Balik Keberhasilan Roket Reusable

Tentu saja, keberhasilan ini tidak datang dari sihir.

Ada serangkaian teknologi canggih yang menjadi tulang punggung dari setiap pendaratan yang sukses.

1. Sistem Pendaratan Otomatis

SpaceX melengkapi setiap booster Falcon 9 dengan komputer penerbangan canggih yang menjalankan perangkat lunak yang mereka kembangkan sendiri.

Komputer ini secara real-time memproses data dari sensor GPS dan unit pengukuran inersia untuk menghitung manuver, mengendalikan sirip kisi, dan mengatur waktu serta durasi pembakaran mesin dengan presisi sepersekian detik.

2. Material Tahan Panas dan Tekanan

Para insinyur merancang Mesin Merlin agar dapat menyala berulang kali.

Mereka juga membangun struktur roket, terutama di sekitar mesin dan pelindung panas, untuk menahan tekanan ekstrem saat peluncuran dan panas yang membakar saat masuk kembali ke atmosfer.

3. Simulasi dan Pengujian Ulang

Setiap booster yang kembali menjalani inspeksi menyeluruh.

Tim SpaceX menganalisis data dari setiap penerbangan untuk memahami bagaimana komponen bereaksi terhadap stres.

Sebelum terbang lagi, tim akan menguji statis (static fire) mesin-mesinnya di darat untuk memastikan semuanya berfungsi sempurna.

Proses iteratif dari “terbang, uji, perbaiki” inilah yang memungkinkan mereka meningkatkan batas reusabilitas secara terus-menerus.

Kesimpulan

Setelah melihat semua aspek tersebut, kita dapat menarik benang merah tentang bagaimana SpaceX telah mengubah masa depan eksplorasi antariksa secara permanen.

Dengan menciptakan roket yang dapat digunakan kembali, SpaceX tidak hanya berhasil memangkas biaya ke orbit; mereka telah mengubah aturan main secara fundamental.

Akses ke luar angkasa bergeser dari proyek monumental yang dulu negara danai menjadi industri komersial yang dinamis dan kompetitif.

Orang tidak lagi memandang roket sebagai proyektil sekali pakai, melainkan sebagai kendaraan transportasi yang andal dan efisien.

Falcon 9 mempelopori teknologi yang kini menjadi fondasi untuk langkah besar berikutnya yaitu Starship.

SpaceX merancang Starship untuk menjadi sistem transportasi yang sepenuhnya dapat digunakan kembali—baik tahap pertama (Super Heavy) maupun tahap kedua (Starship itu sendiri).

Dengan biaya per peluncuran yang jauh lebih rendah dan kapasitas angkut yang masif, Starship adalah kendaraan yang akan membangun pangkalan di Bulan, mendirikan kota di Mars, dan membuka tata surya untuk eksplorasi manusia.

Revolusi roket reusable yang SpaceX mulai telah membuka pintu menuju era baru antariksa, di mana batasannya bukan lagi biaya, melainkan imajinasi dan ambisi kita.

Share this article

Tinggalkan komentar